Minggu, 01 April 2012

Matikan Lampu Saat Tidur

Semua orang mengantuk di malam hari dan segar bugar di pagi hari. Siklus harian makan, tidur dan penuh vitalitas merupakan bagian dari irama sirkadian atau jam biologis yang berdetak dalam tubuh. Jam internal ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti jam atau penunjuk waktu lain seperti adzan, kentongan pedagang keliling dan yang paling sederhana yaitu cahaya.

Selama perkembangan evolusi manusia, kita telah bergantung pada siklus terang-gelap. Jam biologis manusia peka terhadap cahaya. Melatonin, yang populer dipahami sebagai hormon tidur, hanya diproduksi saat gelap. SCN atau suprachiasmatic nucleus, merupakan pusat jam biologis yang dari namanya tersirat sifat peka cahayanya. Nucleus ini terletak di atas (supra) saraf mata (chiasma).

Melatonin selain dikenal sebagai hormon tidur juga ditemukan dapat mengurangi risiko seseorang terkena kanker. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa melatonin akan melindungi DNA Anda dari oksidasi yang dapat memicu kanker.



Sayangnya, kini manusia terus bermandikan cahaya sepanjang hari dan malam. Hingga evolusi jutaan tahun pada jam biologis manusia, sulit untuk menyesuaikan dengan perubahan ini. Sejak bola lampu ditemukan, perlahan pergerakan aktivitas manusia menjadi lebih panjang. Jam bekerja bertambah, hingga giliran kerja pun dibuat. Lalu, semua pelayanan sekunder untuk menopang kebutuhan pekerja pun berkembang hingga kini menjadi pelayanan 24 jam. Tak heran jika para ahli kedokteran tidur menyebutkan bahwa gangguan tidur dimulai sejak ditemukannya bola lampu.

Pergeseran aktivitas manusia tak dapat dihindari. Tapi jam biologis yang berdetak dalam diri tak dapat diubah begitu saja. Kebutuhan akan tidur tetap akan menekan, walau jam biologis kebingungan dengan cahaya yang terus bersinar. Walau akhirnya kita tertidur, tapi cahaya terang tetap akan mengganggu kualitas tidur. Sumber cahaya buatan yang mengganggu selain lampu adalah layar monitor, televisi dan perangkat gadget. Jadi tidur dengan televisi tetap menyala juga tidak disarankan.

Untuk mendapatkan siklus aktivitas dan tidur yang berkualitas baik, perhatikanlah ekspos cahaya. Mulai sore hari mulai kurangi cahaya. Bukan berarti harus gelap gulita. Misalkan kita beraktivitas di suatu ruangan, ruangan lain yang tak ada orang sebaiknya diredupkan cahayanya. Dengan demikian, otak kita juga akan mengenali sore hari dari mulai berkurangnya cahaya. Batasi juga ekspos mata terhadap sinar-sinar yang dihasilkan gadget sekurangnya dua puluh menit sebelum tidur. Ganti aktivitas menjelang tidur dengan membaca atau sekedar melakukan perawatan kulit.

Di saat tidur, tentu gelapkan kamar tidur. Tapi biarkan sedikit cahaya tetap menyusup masuk, atau gunakan lampu tidur kecil di kamar. Ini bertujuan agar Anda tetap dapat melihat ketika tengah malam terbangun dan harus ke kamar mandi.

Membatasi cahaya mulai dari sore hari juga ramah lingkungan. Kita dapat menghemat banyak energi dengan mengurangi konsumsi listrik untuk lampu. Jadikan kebiasaan setiap hari, Anda memperbaiki kualitas tidur, kualitas kesehatan dan kualitas hidup serta juga turut merawat bumi.

Saat mematikan lampu sejam di “Earth Hour” bisa menjadi latihan yang baik untuk memulai kebiasaan mengurangi cahaya.

 Sumber kompas.

Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *


Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama Sleep Disorder Clinic - RS. Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar